Sejumlah ilmuwan terkemuka di Eropa mengeluarkan peringatan bakal terulangnya gempa serta tsunami yang menghantam pantai barat Sumatera. Para ilmuwan itu tidak memberikan informasi kapan waktu terjadi gempa, tetapi mereka memperingatkan gempa berdampak tsunami itu sama bahaya dengan gempa Padang tahun lalu. “Ancaman itu sangat jelas dan membutuhkan aksi mitigasi bencana yang sangat diperlukan,” kata para ilmuwan tersebut. Peringatan dari para pakar itu ditulis melalui surat yang dikirimkan ke jurnal terkemuka Nature Geoscience. Para ilmuwan itu dipimpin John McCloskey, seorang profesor Institut Penelitian Ilmu Lingkungan dari Universita Ulster, Irlandia Utara.
Para ahli menyebut,bahaya gempa itu datang dari bertambahnya tekanan terus-menerus selama dua abad di bagian paparan Sunda.Paparan Sunda merupakan salah satu zona gempa paling berbahaya di dunia yang membentang sepanjang perairan Sumatera bagian barat. Termasuk bagian itu adalah Kepulauan Mentawai yang berada “di ambang kerusakan”,demikian diperingatkan para ilmuwan.“Ancaman gempa yang dapat menimbulkan tsunami berkekuatan besar dengan 8,5 Skala Richter (SR) di Mentawai tidak dapat didebat.
Ada potensi korban jiwa sama besarnya dengan tsunami Samudra Hindia pada 2004,” demikian pernyataan mereka. Dia pun menyarankan pemerintah di beberapa negara untuk menyiapkan segala situasi menghadapi bencana itu. Prediksi memang jarang sekali tepat dalam dunia ilmu gempa bumi. Kemampuan untuk mengatakan kapan gempa bumi akan terjadi sangat sulit diterka. Namun, McCloskey pernah membuktikan prediksinya benar. Pada pertengahan Maret 2005 dia pernah mengungkapkan peringatan serupa. Lalu, pada 28 Maret 2005, sebuah gempa bumi berkekuatan 8,6 SR menggoyang Pulau Simeuleu dan memicu gelombang tsunami setinggi 3 meter.
Dalam surat kepada Nature Geoscience, tim menjelaskan kalkulasi mereka mengenai ancaman gempa pada segmen Mentawai akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang terjadi 60 km di dekat Kota Padang pada 30 September tahun lalu yang menewaskan 1.000 orang. Menurut tim McCloskey, di bawah Siberut, pulau terbesar di Mentawai,ketegangan energi berkekuatan besar masih tidak berubah setelah gempa 2009. Karena itu,dia berharap ada langkah antisipasi dari Pemerintah Indonesia. “Pendirian bangunan tahan gempa mutlak diperlukan.
Tentu, memperingatkan orang di Padang untuk mengantisipasi jika terjadinya gempa dan tsunami berikutnya,” tulis para ilmuwan itu. Kerry Sieh dari Institut Teknologi California (Caltech) menambahkan, siapa pun yang tinggal di daerah rawan sepanjang pantai barat Sumatera harus tahu bahwa gempa besar dan tsunami kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan sejarah kegempaan di sekitar Kepulauan Mentawai. Sieh dan timnya telah mempelajari karang yang tumbuh di sepanjang 700 km di sebelah selatan pusat gempa Aceh, terutama di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Dari catatan alam tersebut, para peneliti menemukan empat siklus tsunami selama 700 tahun terakhir, yakni peristiwa tahun 1350 ke 1380, 1606 ke 1685,dan 1797 ke 1833. “Korban dan kerusakan material bisa setara dengan yang terjadi di Provinsi Aceh tahun 2004,” ujar Sieh. Namun, dengan kesiagaan masyarakat seperti tanggap bencana di Padang,jumlah korban dapat ditekan. Lebih dari 220.000 orang tewas dalam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 ketika gempa berkekuatan 9,3 SR mengguncang pantai barat Sumatera. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Fauzi membenarkan potensi terjadinya gempa dalam skala besar dan tsunami di pantai barat Sumatera.
Hanya saja, dia belum bisa menebak waktunya. ”Kalau potensi memang iya ada di daerah sana, tapi itu jangka panjang sekitar 10, 20, bahkan 50 tahun lagi,” ujarnya saat dihubungi harian Seputar Indonesia (SI) kemarin. Untuk itu,pihaknya menyarankan agar pemerintah dan masyarakat mampu membuat bangunan atau gedung tahan gempa. Pemerintah diharapkan mempersiapkan jalur evakuasi bagi masyarakat. BMKG juga meminta masyarakat untuk tidak merusak dan mencuri peralatan early warning system tsunami yang dipasang di tengah laut.
”Banyak perangkat yang dicuri masyarakat, padahal sudah diberi tanda peringatan,” jelasnya. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menambahkan,kemungkinan tsunami besar di kawasan tersebut tidak bisa ditentukan secara nyata. Kendati begitu, kata dia, masyarakat Mentawai atau yang berada di sekitar kawasan itu harus tetap waspada. “Kapan waktunya, kita tidak tahu.Yang jelas,dari hasil penelitian daerah ini akan bergerak,” ujarnya. Dia menyebutkan, Mentawai memang merupakan kawasan yang rawan gempa. Daerah tersebut termasuk daerah atau peta zona rawan gerakan tanah.
Bahkan, dari hasil penelitian wilayah yang berada pada zona rawan gempa di daerah tersebut adalah Kota Padang, Kabupaten Pariaman, dan Agam. “Kemungkinannya itu 0–100%.Tapi,kalau terjadi gempa memang iya karena daerah itu memang daerah rawan gempa,” kata Surono saat dihubungi SI tadi malam.
source
Para ahli menyebut,bahaya gempa itu datang dari bertambahnya tekanan terus-menerus selama dua abad di bagian paparan Sunda.Paparan Sunda merupakan salah satu zona gempa paling berbahaya di dunia yang membentang sepanjang perairan Sumatera bagian barat. Termasuk bagian itu adalah Kepulauan Mentawai yang berada “di ambang kerusakan”,demikian diperingatkan para ilmuwan.“Ancaman gempa yang dapat menimbulkan tsunami berkekuatan besar dengan 8,5 Skala Richter (SR) di Mentawai tidak dapat didebat.
Ada potensi korban jiwa sama besarnya dengan tsunami Samudra Hindia pada 2004,” demikian pernyataan mereka. Dia pun menyarankan pemerintah di beberapa negara untuk menyiapkan segala situasi menghadapi bencana itu. Prediksi memang jarang sekali tepat dalam dunia ilmu gempa bumi. Kemampuan untuk mengatakan kapan gempa bumi akan terjadi sangat sulit diterka. Namun, McCloskey pernah membuktikan prediksinya benar. Pada pertengahan Maret 2005 dia pernah mengungkapkan peringatan serupa. Lalu, pada 28 Maret 2005, sebuah gempa bumi berkekuatan 8,6 SR menggoyang Pulau Simeuleu dan memicu gelombang tsunami setinggi 3 meter.
Dalam surat kepada Nature Geoscience, tim menjelaskan kalkulasi mereka mengenai ancaman gempa pada segmen Mentawai akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang terjadi 60 km di dekat Kota Padang pada 30 September tahun lalu yang menewaskan 1.000 orang. Menurut tim McCloskey, di bawah Siberut, pulau terbesar di Mentawai,ketegangan energi berkekuatan besar masih tidak berubah setelah gempa 2009. Karena itu,dia berharap ada langkah antisipasi dari Pemerintah Indonesia. “Pendirian bangunan tahan gempa mutlak diperlukan.
Tentu, memperingatkan orang di Padang untuk mengantisipasi jika terjadinya gempa dan tsunami berikutnya,” tulis para ilmuwan itu. Kerry Sieh dari Institut Teknologi California (Caltech) menambahkan, siapa pun yang tinggal di daerah rawan sepanjang pantai barat Sumatera harus tahu bahwa gempa besar dan tsunami kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan sejarah kegempaan di sekitar Kepulauan Mentawai. Sieh dan timnya telah mempelajari karang yang tumbuh di sepanjang 700 km di sebelah selatan pusat gempa Aceh, terutama di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Dari catatan alam tersebut, para peneliti menemukan empat siklus tsunami selama 700 tahun terakhir, yakni peristiwa tahun 1350 ke 1380, 1606 ke 1685,dan 1797 ke 1833. “Korban dan kerusakan material bisa setara dengan yang terjadi di Provinsi Aceh tahun 2004,” ujar Sieh. Namun, dengan kesiagaan masyarakat seperti tanggap bencana di Padang,jumlah korban dapat ditekan. Lebih dari 220.000 orang tewas dalam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 ketika gempa berkekuatan 9,3 SR mengguncang pantai barat Sumatera. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Fauzi membenarkan potensi terjadinya gempa dalam skala besar dan tsunami di pantai barat Sumatera.
Hanya saja, dia belum bisa menebak waktunya. ”Kalau potensi memang iya ada di daerah sana, tapi itu jangka panjang sekitar 10, 20, bahkan 50 tahun lagi,” ujarnya saat dihubungi harian Seputar Indonesia (SI) kemarin. Untuk itu,pihaknya menyarankan agar pemerintah dan masyarakat mampu membuat bangunan atau gedung tahan gempa. Pemerintah diharapkan mempersiapkan jalur evakuasi bagi masyarakat. BMKG juga meminta masyarakat untuk tidak merusak dan mencuri peralatan early warning system tsunami yang dipasang di tengah laut.
”Banyak perangkat yang dicuri masyarakat, padahal sudah diberi tanda peringatan,” jelasnya. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menambahkan,kemungkinan tsunami besar di kawasan tersebut tidak bisa ditentukan secara nyata. Kendati begitu, kata dia, masyarakat Mentawai atau yang berada di sekitar kawasan itu harus tetap waspada. “Kapan waktunya, kita tidak tahu.Yang jelas,dari hasil penelitian daerah ini akan bergerak,” ujarnya. Dia menyebutkan, Mentawai memang merupakan kawasan yang rawan gempa. Daerah tersebut termasuk daerah atau peta zona rawan gerakan tanah.
Bahkan, dari hasil penelitian wilayah yang berada pada zona rawan gempa di daerah tersebut adalah Kota Padang, Kabupaten Pariaman, dan Agam. “Kemungkinannya itu 0–100%.Tapi,kalau terjadi gempa memang iya karena daerah itu memang daerah rawan gempa,” kata Surono saat dihubungi SI tadi malam.
source
0 komentar:
Posting Komentar