REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY--Para peneliti telah menemukan empat spesies baru gurita di Antartika dengan racun yang bekerja pada suhu di bawah nol derajat. Salah seorang peneliti dari University of Melbourne, Bryan Fry berharap bisa meneliti lebih lanjut racun tersebut. “Ini untuk menganalisis dan melihat apakah racun itu bisa digunakan untuk kepentingan medis,” katanya.
Ia mengatakan gurita-gurita itu memiliki ukuran yang berbeda mulai dengan gurita sepanjang dua inci hingga yang berukuran raksasa. Para ahli telah lama mengetahui ada gurita di Antartika. Temuan Fry dan rekan-rekan ini menunjukkan keanekaragaman hayati. Menurutnya, temuan ini luar biasa karena menunjukkan proses adaptasi gurita yang sangat baik di kehidupan Antartika.
Ia juga menyadari ada seleksi alam yang mampu mengubah cara gurita berburu, termasuk perubahan sifat racun yang dikandung. "Evolusi membuat gurita beradaptasi dan perlahan-lahan membuat perubahan pada racunnya,” katanya. Racun itu memungkinkan mereka berenang di perairan yang lebih dingin hingga perairan yang sangat dingin.
Gurita itu melumpuhkan mangsa dengan cara membuat lubang pada tubuh mangsa. Awalnya lubang itu kecil kemudian diperbesar. Fry menganalogikan gurita seperti sedang mengupas mangsanya. “Mereka akan menyuntikkan racun lewat air liur mereka ke lubang tersebut,” katanya.
Temuannya ini membuat ia ingin meneliti lebih lanjut kandungan kimia yang terdapat dalam racun gurita itu. “Kami berharap bisa mencari tahu apakah racun tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan medis,” katanya. Sebab, dari senjata pembunuh yang dimiliki binatang, tak sedikit yang bisa dimanfaatkan sebagai obat.
Misalnya saja obat hipertensi yang terbuat dari bisa ular. Begitu pula dengan obat diabetes yang diambil dari air liur sejenis kadal yang ditemukan di Amerika Serikat dan Meksiko Utara. Penemuan yang berdasarkan pelayaran Antartika pada 2007 ini telah mereka publikasikan dalam jurnal Toxicon.
0 komentar:
Posting Komentar